PANCOER.COM-Kalau ditelesuri, budaya bangsa kita banyak mengandung nilai keunggulan.Dalam masyarakat Sunda, ada slogan: silih asih, silih asah, dan silih asuh .Dalam masyarakat Jawa, ada pepatah: akur sedulur, adil lan makmur.Slogan itu mengajak unsur-unsur bangsa ini untuk saling berkasih sayang, saling mengasah kemampuan, saling membimbing,menciptakan kerukunan,keadilan, kesejahateraan,dll.
Masyarakat Indonesia dulu dikenal sebagai masyarakat yang gotong- royong dan ramah-tamah. Dalam masyarakat terjalin hubungan saling menolong, saling menghargai, dan saling menghormati. Anak-anak menghormati orang tua, yang tua menyayangi yang muda.Dalam hubungan antartetangga tidak disekat-sekat dengan tembok dan pagar yang tinggi sehingga tidak ada jurang pemisah dalam masyarakata. Kalau ada masalah, masalah itu dibicarakan dan dipecahkan secara kekeluargaan. Namun, karena berbagai hal, terjadilah perubahan pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.Karena sikap egois , hedonis,dan individulis , jurang pemisah antarsebagian anggota bangsa ini mulai menganga. Secara kuantitas kita sebagai bangsa yang jumlah penduduknya banyak dan sumber daya alamnya melimpah , tetapi dari berbagai bidang, kita masih kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain . Jangankan dengan bangsa Amerika atau Eropa, dengan sesama bangsa anggota Asean pun kita tertinggal. Di satu sisi sebagian masyarakat kita masih sederhana, rendah diri, dan feodal, di sisi lain kemajuan teknologi dan globalisasi tak dapat dihindari.
Kemajuan teknologi dan globalisasi berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan berbangsa.Di satu sisi, kedua hal tersebut membawa kemajuan dengan terbukanya akses informasi dan mobilisasi secara luas dan cepat, di sisi lain kalau kurang-kurangnya kesiapan mental atau intelektual dalam menghadapinya, pengaruhnya dapat membawa petaka bagi suatu bangsa. Karena tidak kokohnya kepribadian , suatu bangsa dapat terbawa arus yang merugikan bangsa itu sendiri. Seharusnya dapat mandiri atau sejajar dengan bangsa lain, karena tidak percaya diri, sebagian di antara kita menjadi pengekor atau dalam pengaruh budaya bangsa lain. Kalau dengan pengaruh itu bangsa kita bisa maju dan mandiri, pengaruh ini tidak masalah. Akan tetapi, kalau pengaruh budaya bangsa lain itu ditelan mentah-mentah dan menyebabkan bangsa kita menjadi ketergantungan dengan bangsa lain perlu dipertimbangkan. Lebih baik menggali dan mempraktikkan nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam kebudayaan nusantara yang menjadi identitas bangsa.
Kegiatan-kegiatan kesenian, sosial, atau keagamaan yang dapat menjalin persaudaraan di masyarakat tampaknya kalah bersaing dengan kegiatan hura-hura bersama atau tawuran yang anarkis dan merusak fasilitas atau tatanan. Budaya bangsa yang diharapkan dapat menjaga keutuhan komunitas dan bangsa, tidak jarang terkalahkan oleh budaya invidualistis dan hedonis. Lunturnya kebanggaan terhadap budaya dan nasionalisme tercermin dengan beralihnya pola hidup sederhana kepada pola hidup glamor dan konsumtif, kurangnya sebagian anggota bangsa untuk menggunakan produk dalam negeri, ditinggalkannya kesenian yang mengandung dan mengajarkan kearifan,dll.
Padahal, Negara kita berdiri karena para penadahulu kita punya cita-cita luhur untuk merdeka yang merupakan perwujudan budaya. Dengan kemerdekaan itu, bangsa ini diharapkan juga dapat mengembangkan nilai-nilai budaya yang menjadi inspirasi bangsa ini dalam membentuk sebuah Negara. Sebagai Negara yang memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama, tentu setiap anak bangsa ini dapat membangun tatanan kehidupan yang membawa kemajuan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.Dengan kearifan lokal, atau nilai-nilai positif lainnya, bangsa dapat bersama-sama membangun peradaban dan kemajuan. Kesadaran akan pentingnya melestarikan, menjaga, dan mempraktikkan nilai-nilai keunggulan yang terkandung dalam kebudayaan bangsa ini diharapkan mengembalikan bangsa ini kepada jati dirinya.Menurut, Ruth Benedith, budaya inilah sebagai pola pikir dan perbuatan yang terlihat dalam kehidupan manusia yang membedakannya dengan kelompok lain.
Fungsi Kebudayaan
Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan berfungsi melindungi masyarakat terhadap gangguan lingkungan sekitar. Budaya berfungsi memuaskan suatu rangkaian hasrat atau naluri akan kebutuhan hidup. Menurut Dr. Nandang Faturrohman, M.Pd. , setidaknya kebudayaan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1. Agama sangat dibutuhkan manusia terutama untuk menjawab ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang sulit dicerna akal.Agama mengatur kehidupan manusia berhubungan dengan Tuhannya. 2. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat bertahan hidup, semakin maju, semakin indah,dll, manusia menciptakan dan mengembangkan peralatan.
3. Kegiatan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, distribusi, dan konsumsi.
4.Sistem sosial terbentuk untuk mengatur hubungan antaranggota untuk menciptakan ketertiban dan keharmonisan hidup dalam kelompok atau masyarakat.
5. Walaupun dapat dikuasai dengan pemerolehan, bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat.
6. Kesenian dalam kehidupan manusia berfungsi untuk rekreasi dan mengapresiasi perasaan (jiwa seni) manusia. Kalau tidak sebagai penikmat, manusia bisa sebagai penikmat. 7. Ilmu pengetahuan berfungsi mengembangkan intelektual dan keterampilan manusia yang dapat digunakan manusia dalam meningkatkan kualitas hidup dan memecahkan masalah hidup (dalam Perkuliahan S-2 Untirta).
Untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan mandiri, kita harus berusaha memiliki dan menjaga identitas kita .Identitas itu tercermin dalam kebudayaan nasional. Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu usaha peningkatan dan pemeliharaan budaya nasional, yang merupakan puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan dari berbagai ragam budaya dari seluruh bangsa Indonesia.
Revitalisasi
Merevitalisasi budaya kita dengan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan mencari akar permasalahannya mengapa bangsa kita tidak percaya diri manakala mau melangkah maju dan mengapa kebudayaan kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya pun perlu kita lakukan.Menurut Mudji Sutrisno, kita butuh member lagi napas hidup yang segar agar potensi-potensi kreatif bangsa untuk merajut cita-cita para pendiri bangsa bisa berkembang, yaitu masyarakat yang beradab, majemuk, terbuka, dan manusiawi maju (tanpa tahun: 252). Untuk itu , kita perlu mengambil langkah-langkah tertentu.
Pertama, kita perlu kembali merumuskan kebudayaan sehingga konsepnya dan arahnya jelas. Walaupun bentuknya tidak persis sama dengan bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh nenek moyang atau pendahulu kita, tetapi substansinya masih relevan dengan kekinian.Kalau dalam diri bangsa ini ada kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kemajuan, bangsa ini perlu juga mengubahnya. Mental menerabas,feodal santai, nongkrong, dan menghabiskan waktu untuk hura-hura perlu diubah dengan jujur, kerja keras, demokratis, membaca, dan memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif.
Kedua, perlu perlindungan dan pelestarian produk-produk budaya yang dianggap masih bermanfaat dan bernilai. Ini bukan berarti kita menutup diri dengan budaya-budaya lain. Dalam bahasa Mudji Sutrisno , sekarang ini identitas kita sebagai manusia sedang gencar-gencarnya dikepung dan dibombardir oleh produk-produk kapitalisme berskala global yang dianyam dari ideologi pemujaan pasar dan politik budaya (tanpa tahun: xiv), tetapi hendaknya dengan nilai-nilai budaya yang kita miliki, hendaknya kita dapat menyaring atau mengimbangi politik budaya itu agar kita tidak kehilangan jati diri. Tampaknya nilai gotong royong, cinta akan alam, dan kesederhanaan dapat dikembangkan di masyarakat untuk mengimbangi pola hidup individualis, acuh tak acuh, dan mewah, yang kalau pola hidup itu dibiarkan, dapat menimbulkan kecemburuan, ketidakhamrmonisan, dan berbagai ketimpangan.
Ketiga, perlunya dialog antarbudaya agar masyarakat yang berbeda budaya dapat saling memahami, saling berbagi, saling melengkapi, bahkan saling bekerja sama dalam memajukan bangsa dan menjalin dan menjaga kesatuan bangsa. Karena perbedaan budaya dan, tidak jarang sering terjadi sekat-sekat, kesalahpahaman dan perselisihan. Untuk mencairkan sekat-sekat, mengurangi kesalahpahaman, dan menghindari perselisihan, komunikasi antarbudaya perlu digalakkan.
Keempat,kita perlu memberi apresiasi kepada orang atau komunitas yang komitmen dalam melestarikan, melindungi, bahkan mengembangkan produk budaya yang relevan dengan zamannya. Apresiasi dari masyarakat dan pemimpin terhadap usaha ini diharapkan dapat mengembalikan bangsa ini kepada akar budaya dan bangga dengan kebudayaan yang dimiliki bangsa ini.Mencintai produk dalam negeri merupakan apresiasi terhadap kreativitas bangsa. Kecintaan terhadap produk dan kreasi bangsa sendiri membawa kemandirian suatu bangsa. Lomba memasak rendang yang diikuti ribuan wanita Padang yang didukung oleh pejabat setempat perlu diikuti dalam bidang lain. Dalam catatan ahli kuliner, rendang merupakan salah satu makanan pavorit di dunia.Inovasi dan kreasi anak-anak Indoensia mulai muncul, tetapi hanya baru segelintir tokoh yang mau mendukung. Sebagian elite politik malah menghamburkan uang Negara dengan mengonsumsi produk luar negeri untuk memanjakan dirinya.
Kelima, kita perlu menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan secara proporsional dalam batas-batas tertentu.Memang setiap warga Negara diberi hak atau kebebasan untuk berpendapat, mengembangkan diri, termasuk menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan. Namun, dalam menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan itu harus pula mempertimbangkan hak orang lain agar ketika menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan tidak melanggar hak orang lain.Dalam kebudayaan ada inspirasi, motivasi dan kearifan. Bisakah kita menjadikan inspirasi, motivasi, dan kearifan itu untuk bersama-sama membangun peradaban dan kemajuan bangsa ini dan menjadi bangsa yang bermartabat? Itu semua tergantung kemauan kita.
Nurkholik
Dosen STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
Masyarakat Indonesia dulu dikenal sebagai masyarakat yang gotong- royong dan ramah-tamah. Dalam masyarakat terjalin hubungan saling menolong, saling menghargai, dan saling menghormati. Anak-anak menghormati orang tua, yang tua menyayangi yang muda.Dalam hubungan antartetangga tidak disekat-sekat dengan tembok dan pagar yang tinggi sehingga tidak ada jurang pemisah dalam masyarakata. Kalau ada masalah, masalah itu dibicarakan dan dipecahkan secara kekeluargaan. Namun, karena berbagai hal, terjadilah perubahan pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.Karena sikap egois , hedonis,dan individulis , jurang pemisah antarsebagian anggota bangsa ini mulai menganga. Secara kuantitas kita sebagai bangsa yang jumlah penduduknya banyak dan sumber daya alamnya melimpah , tetapi dari berbagai bidang, kita masih kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain . Jangankan dengan bangsa Amerika atau Eropa, dengan sesama bangsa anggota Asean pun kita tertinggal. Di satu sisi sebagian masyarakat kita masih sederhana, rendah diri, dan feodal, di sisi lain kemajuan teknologi dan globalisasi tak dapat dihindari.
Kemajuan teknologi dan globalisasi berpengaruh dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan berbangsa.Di satu sisi, kedua hal tersebut membawa kemajuan dengan terbukanya akses informasi dan mobilisasi secara luas dan cepat, di sisi lain kalau kurang-kurangnya kesiapan mental atau intelektual dalam menghadapinya, pengaruhnya dapat membawa petaka bagi suatu bangsa. Karena tidak kokohnya kepribadian , suatu bangsa dapat terbawa arus yang merugikan bangsa itu sendiri. Seharusnya dapat mandiri atau sejajar dengan bangsa lain, karena tidak percaya diri, sebagian di antara kita menjadi pengekor atau dalam pengaruh budaya bangsa lain. Kalau dengan pengaruh itu bangsa kita bisa maju dan mandiri, pengaruh ini tidak masalah. Akan tetapi, kalau pengaruh budaya bangsa lain itu ditelan mentah-mentah dan menyebabkan bangsa kita menjadi ketergantungan dengan bangsa lain perlu dipertimbangkan. Lebih baik menggali dan mempraktikkan nilai-nilai kearifan yang terkandung dalam kebudayaan nusantara yang menjadi identitas bangsa.
Kegiatan-kegiatan kesenian, sosial, atau keagamaan yang dapat menjalin persaudaraan di masyarakat tampaknya kalah bersaing dengan kegiatan hura-hura bersama atau tawuran yang anarkis dan merusak fasilitas atau tatanan. Budaya bangsa yang diharapkan dapat menjaga keutuhan komunitas dan bangsa, tidak jarang terkalahkan oleh budaya invidualistis dan hedonis. Lunturnya kebanggaan terhadap budaya dan nasionalisme tercermin dengan beralihnya pola hidup sederhana kepada pola hidup glamor dan konsumtif, kurangnya sebagian anggota bangsa untuk menggunakan produk dalam negeri, ditinggalkannya kesenian yang mengandung dan mengajarkan kearifan,dll.
Padahal, Negara kita berdiri karena para penadahulu kita punya cita-cita luhur untuk merdeka yang merupakan perwujudan budaya. Dengan kemerdekaan itu, bangsa ini diharapkan juga dapat mengembangkan nilai-nilai budaya yang menjadi inspirasi bangsa ini dalam membentuk sebuah Negara. Sebagai Negara yang memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama, tentu setiap anak bangsa ini dapat membangun tatanan kehidupan yang membawa kemajuan dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.Dengan kearifan lokal, atau nilai-nilai positif lainnya, bangsa dapat bersama-sama membangun peradaban dan kemajuan. Kesadaran akan pentingnya melestarikan, menjaga, dan mempraktikkan nilai-nilai keunggulan yang terkandung dalam kebudayaan bangsa ini diharapkan mengembalikan bangsa ini kepada jati dirinya.Menurut, Ruth Benedith, budaya inilah sebagai pola pikir dan perbuatan yang terlihat dalam kehidupan manusia yang membedakannya dengan kelompok lain.
Fungsi Kebudayaan
Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan berfungsi melindungi masyarakat terhadap gangguan lingkungan sekitar. Budaya berfungsi memuaskan suatu rangkaian hasrat atau naluri akan kebutuhan hidup. Menurut Dr. Nandang Faturrohman, M.Pd. , setidaknya kebudayaan memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1. Agama sangat dibutuhkan manusia terutama untuk menjawab ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan yang sulit dicerna akal.Agama mengatur kehidupan manusia berhubungan dengan Tuhannya. 2. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat bertahan hidup, semakin maju, semakin indah,dll, manusia menciptakan dan mengembangkan peralatan.
3. Kegiatan ekonomi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, distribusi, dan konsumsi.
4.Sistem sosial terbentuk untuk mengatur hubungan antaranggota untuk menciptakan ketertiban dan keharmonisan hidup dalam kelompok atau masyarakat.
5. Walaupun dapat dikuasai dengan pemerolehan, bahasa digunakan manusia untuk berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat.
6. Kesenian dalam kehidupan manusia berfungsi untuk rekreasi dan mengapresiasi perasaan (jiwa seni) manusia. Kalau tidak sebagai penikmat, manusia bisa sebagai penikmat. 7. Ilmu pengetahuan berfungsi mengembangkan intelektual dan keterampilan manusia yang dapat digunakan manusia dalam meningkatkan kualitas hidup dan memecahkan masalah hidup (dalam Perkuliahan S-2 Untirta).
Untuk menjadi bangsa yang bermartabat dan mandiri, kita harus berusaha memiliki dan menjaga identitas kita .Identitas itu tercermin dalam kebudayaan nasional. Dalam hal ini, pendidikan merupakan salah satu usaha peningkatan dan pemeliharaan budaya nasional, yang merupakan puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan dari berbagai ragam budaya dari seluruh bangsa Indonesia.
Revitalisasi
Merevitalisasi budaya kita dengan mengevaluasi apa yang telah kita lakukan dan mencari akar permasalahannya mengapa bangsa kita tidak percaya diri manakala mau melangkah maju dan mengapa kebudayaan kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya pun perlu kita lakukan.Menurut Mudji Sutrisno, kita butuh member lagi napas hidup yang segar agar potensi-potensi kreatif bangsa untuk merajut cita-cita para pendiri bangsa bisa berkembang, yaitu masyarakat yang beradab, majemuk, terbuka, dan manusiawi maju (tanpa tahun: 252). Untuk itu , kita perlu mengambil langkah-langkah tertentu.
Pertama, kita perlu kembali merumuskan kebudayaan sehingga konsepnya dan arahnya jelas. Walaupun bentuknya tidak persis sama dengan bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh nenek moyang atau pendahulu kita, tetapi substansinya masih relevan dengan kekinian.Kalau dalam diri bangsa ini ada kebiasaan-kebiasaan yang menghambat kemajuan, bangsa ini perlu juga mengubahnya. Mental menerabas,feodal santai, nongkrong, dan menghabiskan waktu untuk hura-hura perlu diubah dengan jujur, kerja keras, demokratis, membaca, dan memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif.
Kedua, perlu perlindungan dan pelestarian produk-produk budaya yang dianggap masih bermanfaat dan bernilai. Ini bukan berarti kita menutup diri dengan budaya-budaya lain. Dalam bahasa Mudji Sutrisno , sekarang ini identitas kita sebagai manusia sedang gencar-gencarnya dikepung dan dibombardir oleh produk-produk kapitalisme berskala global yang dianyam dari ideologi pemujaan pasar dan politik budaya (tanpa tahun: xiv), tetapi hendaknya dengan nilai-nilai budaya yang kita miliki, hendaknya kita dapat menyaring atau mengimbangi politik budaya itu agar kita tidak kehilangan jati diri. Tampaknya nilai gotong royong, cinta akan alam, dan kesederhanaan dapat dikembangkan di masyarakat untuk mengimbangi pola hidup individualis, acuh tak acuh, dan mewah, yang kalau pola hidup itu dibiarkan, dapat menimbulkan kecemburuan, ketidakhamrmonisan, dan berbagai ketimpangan.
Ketiga, perlunya dialog antarbudaya agar masyarakat yang berbeda budaya dapat saling memahami, saling berbagi, saling melengkapi, bahkan saling bekerja sama dalam memajukan bangsa dan menjalin dan menjaga kesatuan bangsa. Karena perbedaan budaya dan, tidak jarang sering terjadi sekat-sekat, kesalahpahaman dan perselisihan. Untuk mencairkan sekat-sekat, mengurangi kesalahpahaman, dan menghindari perselisihan, komunikasi antarbudaya perlu digalakkan.
Keempat,kita perlu memberi apresiasi kepada orang atau komunitas yang komitmen dalam melestarikan, melindungi, bahkan mengembangkan produk budaya yang relevan dengan zamannya. Apresiasi dari masyarakat dan pemimpin terhadap usaha ini diharapkan dapat mengembalikan bangsa ini kepada akar budaya dan bangga dengan kebudayaan yang dimiliki bangsa ini.Mencintai produk dalam negeri merupakan apresiasi terhadap kreativitas bangsa. Kecintaan terhadap produk dan kreasi bangsa sendiri membawa kemandirian suatu bangsa. Lomba memasak rendang yang diikuti ribuan wanita Padang yang didukung oleh pejabat setempat perlu diikuti dalam bidang lain. Dalam catatan ahli kuliner, rendang merupakan salah satu makanan pavorit di dunia.Inovasi dan kreasi anak-anak Indoensia mulai muncul, tetapi hanya baru segelintir tokoh yang mau mendukung. Sebagian elite politik malah menghamburkan uang Negara dengan mengonsumsi produk luar negeri untuk memanjakan dirinya.
Kelima, kita perlu menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan secara proporsional dalam batas-batas tertentu.Memang setiap warga Negara diberi hak atau kebebasan untuk berpendapat, mengembangkan diri, termasuk menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan. Namun, dalam menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan itu harus pula mempertimbangkan hak orang lain agar ketika menjalankan fungsi-fungsi kebudayaan tidak melanggar hak orang lain.Dalam kebudayaan ada inspirasi, motivasi dan kearifan. Bisakah kita menjadikan inspirasi, motivasi, dan kearifan itu untuk bersama-sama membangun peradaban dan kemajuan bangsa ini dan menjadi bangsa yang bermartabat? Itu semua tergantung kemauan kita.
Nurkholik
Dosen STKIP Setia Budhi Rangkasbitung
0 komentar:
Posting Komentar